Skip to main content

Seminggu sebelum kau memintaku pergi

6 minggu setelah kepergianmu... sampai detik ini pun aku tak mengerti kenapa kau memintaku untuk pergi, melupakan semua yang pernah kita jalani, memaksa ku seakan akan melupaka tawa mu yang khas itu dan selalu membuat ku rindu.  Rasanya malam itu aku tak bisa bernafas lagi, sesak, tak sanggup berkata apa apa walaupun sebenarnya aku tahu semua itu pasti akan terjadi ketika aku sudah merasa lelah denngan semua ini. Tapi tanpa kamu sadari kamu lah sumber dari segala kekuatan ku untuk menncintai mu walaupun aku tahu kau tak sebesar itu mencintai aku.

Ini memang bukan yang terakhir aku merasa terambang ambang diatas nafasku karena merasakan beratnya mencintaimu, sulitnya mencintaimu. Aku tak mengerti kenapa kau sering membuat aku jatuh diperjalanan kita ketika aku sedang berusaha jalan disampingmu dengan beban yang begitu berat lalu dengan sengaja kau mejegalku sampai aku harus bangkit lagi dan lagi membawa beban itu.

Aku mencintaimu... sangat mencintaimu... aku tahu dan aku sangat sadar ini adalah cobaan terbesar ku untuk mencintaimu. Tapi kamu lah juga obat dari segala rasa lelah ku mencintaimu, di sela sela kesibukan mu itu aku masih bisa tersenyum ketika kau masih bisa menyisakan waktu untuk bertemu dengan ku walaupun hanya beberapa jam di rumah mu. Melihat kau tertawa lepas di depan ku, melihat senyum mu yang sangat membuat hati ku tenang, merasakan manja nya dirimu di bawah ketiak ku dan disaat aku mengelus rambut mu yang tertidur dipaha ku. Aku melihat wajah mu dan terus bertanya kepada Tuhan apa maksud Dia pertemukan kita diwaktu yang singkat ini, apa maksud Tuhan memberikan aku laki-laki sepertimu, apa maksud Tuhan memberikan aku kebahagian seperti ini.

Aku tidak pernah senyaman ini ketika jemari ku kau genggam, membicarakan masa depan mu yang kamu ingin kan kepada ku. Kau ceritakan bagaimanya kau ingin menjadi seorang pilot dimasa kecilmu, kau tanyakan kepadaku bagaimana kau harus memlih antara hukum dan seni yang sangat kau gemari itu. Di saat itu aku percaya kamu adalah laki-laki hebat yang pernah aku temui, suatu saat nanti aku akan bangga pernah mengenalmu . Kamu hebat...

Aku masih ingat bagaimana kesukaan mu yang memandangiku tanpa alasan, membuat aku menghentikan amarah ku lagi lagi karena senyum mu yang seringkali membuat ku ingin memelukmu erat erat sambil berdoa kepada Tuhan "Tuhan aku sangat mencintai laki-laki ini. Tolong jangan pisahkan kita berdua" itu doa ku dalam hati disaat bersama mu, melihat mata mu, mendengar tawa mu yang tak pernah kamu tahu dan dengar selama ini. Karena aku tahu yang bisa menyatukan dan memisahkan kita hanya lah Tuhan maka dari itu aku tak pernah bosan meminta kepadaNya agar aku bisa bertahan dalam situasi apapun mencintaimu.

Kamu selalu membuat aku merasa satu-satunya, kamu bisa membuat hati ku terjaga dengan cara mu yang selalu menggunakan foto ku dihampir semua akun social media mu, namaku selalu terpajang di akun mu itu. Aku tak bisa berhenti tersenyum karrena itu. Kamu lagi lagi selalu membuat hati ku tenang, merasa kau selalu mencintai aku. Hai Mr.Cuek kesayangan ku, bisakah sampai sini kau mengerti bagaimana bahagia aku mengenalmu dan bagaimana kau bisa membuat ku amat bahagia?

Sampai detik ini aku tidak mengerti bagaimana caranya aku melupakan saat-saat aku melihat kau berusaha menggoreng ikan untuk kita makan berdua padahal akhirnya kita lebih memilih untuk makan mie ayam berdua haha.. Ya Tuhan pasangan kekasih macam apasih kita ini? aku juga tidak mengerti bagaimana aku melupakan saat-saat aku pergi bersamamu dan keluarga mu untuk berkunjung ke rumah tante mu, aku tak mengerti bagaimana caranya aku melupakan saat-saat aku makan bersama keluarga mu itu, dan aku tak mengerti bagaimana aku merasakan tidur disamping mu di dalam mobil yang berisikan papah dan mamah mu. Kamu tahu apa yang aku rasakan saat itu? Bahagia.... seharian bisa melihat mu, bersamamu, melihat mu tertidur disampingku. Dan yang terakhir aku pun tak mengerti bagaimana aku melupakan hari 17tahunku dengan kehadiran mu malam itu dengan membawa sebuah boneka yang sangat aku sukai. Entahlah hanya uraian air mata bahagia ku yang bisa melukiskan itu semua.

Seminggu sebelum kau memintaku pergi, sore menjelang maghrib aku masih berada dirumah mu serasa aku bagian pemilik dari rumah mu itu bertambah lagi bagian keluargamu yang aku kenal. Disela sela waktu saat kita duduk berdua aku memberanikan untuk mengajak mu berbicara serius agar bisa mendengar segala keluh kesah ku tentang sifat mu yang sudah sering membuat ku kecewa dan lelah. Aku tahu aku akan melakukan sesuatu yang sia-sia, aku tahu kau akan menyimpulkan segala omongan yang akan aku ucapkan sebagai wujud aku tak bisa menerima mu apa adanya. Tapi aku harus bicarakan semua ini, aku ingin kau membenahkan hubungan ini bersama ku.  Tak ada lagi keegoisan diantara kita, salah paham dan saling tertutup.

Aku memulai pembicaraan yang aku ingini, dengan santai kau mendengarkan apa yang aku katakan, sambil sesekali melirik ku dengan pandangan mu yang entah aku tak tahu artinya. Perdebatan kecilpun dimulai kau mulai menjawabi apa yang aku katakan, kau terus membela dirimu dan seakan akan menyuruh ku jangan melakukan hal yang berlebihan yang membuat mu risih dan sakit kepala karena memikirkan semua mau ku. Ya... aku tahu itu...

Aku masih terus menjelaskan bagaimana sifat mu yang tak pernah mengerti perasaanku, melakukan kesalahan yang sama dan berulang ulang. Lalu dalam beberarap detik aku merasa hening dan aku mendengar ucapan dari mulut mu yang sangat membuat aku ingin meledak saat itu juga "Yaudah kalau kaya gitu uudahan aja ya..." aku masih memasang wajah dengan ekpresi yang tak menduga apa maksudmu berbicara seeperti itu, seakan melepas semua kesalahan mu yang baru saja aku jelaskan dengan kalimat enteng mu itu tapi seperti biasa ekspresi konyol mu masih bisa aku lihat, kau masih bisa tersenyum senyum melihat wajah ku yang sedang menahan emosi yang sangat besar entah aku ingin menangis atau harus berteriak didepan wajahmu itu.

Rasanya ingin sekali aku menangis, ingin sekali aku membiarkan mu melihat bagaimana sesaknya aku menangisimu tapi aku masih ingin kau lihat sebagai wanita kuat, tidak cengeng, tidak kekanak kanakan yang sering kau asumsikan didiriku. Aku berusaha menahan airmata yang sudah meluap di kantung mataku, memang hati ini sudah tak bisa menahanya, seharusnya aku menangis sekencang kencangnya, tapi mulutku pun tak kuasa untuk mengucap satu huruf pun. Ya Tuhaan.... aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuk kita berdua.  Aku masih berusaha bersikap baik-baik saja karena aku sadar aku masih didalam rumah mu dan tak mungkin aku bertengkar dengan mu didepan keluarga mu.

Aku hanya bisa menatap lurus kedepan, menahan air mata yang makin meluap di kantung mataku tapi tak kan ku ijinkan itu. Aku sudah berjanji, bagaimana keadaan ku aku harus tetap kuat dan bersikap baik baik saja di depannya, selagi bisa ku tahan sendiri aku tidak akan merepotkan dirinya.

Sampai pada akhirnya kau mendekatiku, berdiri disampingku, mengusap air mataku yang sudah tak tertahan lagi, mengusap-usap rambutku. Tenang sangat tenang... baru kali itu aku merasa sedekat itu denganmu, merasa dimanja dengamu, dan seakan semua lelah yang aku rasakan hilang didalam dekapmu itu. Maafkan aku, sudah meangis didepanmu. Maafkan aku bila membuat kau pusing. Aku hanya ingin kau mengerti aku sangat lelah.

Lalu aku pun segera pergi keluar untuk bermalam minggu denganmu. Ditengah keramaian malam di taman itu aku duduk bersamamu menikmati makanan kesuakaan ku "sate padang" itu pertama kalinya kita pergi berdua entah aku tak pernah berfikir kalau malam itu pun menjadi malam terakhir aku bertemu dengan mu. Tapi aku berterimakasih kepada Tuhan telah memberikan aku waktu untuk mendengar kau bercerita semua tentangmu dan hidupmu. Aku masih berkesempatan untuk melihat keseriusan wajahmu yang tak pernah aku lihat sebelumnya, kamu terlihat sangat tampan malam itu...

Banyak yang kau ceritakan disana salah satunya tentang mantanmu itu, kau ceritakan bagaimana sifatnya dia yang selalu menuntut mu untuk selalu jadi tukang antar jemputnya kapanpun ketika dia ingin pergi, kau ceritakan bagaimana keinginan dia yang selalu ingin kau ajak jalan setiap seminggu sekali. Kau bilang "emangnya hidup gue ngurusin dia doang" Haai.... aku hanya bisa tersenyum melihat mu berbicara seperti itu, berharap kau sadar bahwa wanita yang sedang disamping mu itu jauh dari sifat mantan kekasih mu itu.

Minta kaau jemput? mungkin baru 3 kali selama kita pacaran dan aku meminta kau menjemputku ketika aku tahu kau sedang pulang lebih awal dari biasanya kalaupun tidak aku yang rela menunggu mu di rumah temanku yang letaknya tak jauh dari sekolah, aku rela menunggu mu hampir 2 jam yang seharusnya sudah sampai dirumah dan beristirahat hanya karena menunggumu yang ketiduran. Hmm.... hanya untuk bertemu kamu apakah sesulit itu?
Dan jalan pergi bersama mu? justru malam itu pertama kalinya kita pergi berdua. Sebelumnya aku hanya menggu kabar mu dari rumah, menunggu waktu selesai mengajar kursur drum dan aku hanya punya waktu bersamamu pada hari sabtu itu saja pernah kita sampai tak bertemu 2 minggu padahal jarak rumah kita tidak terlalu jauh. Tapi yasudahlah aku mengerti kamu punya kehidupan lainnya bersama teman temanmu. Biarlah....

Dan apakah malam itu kau mengerti, aku sangat mengerti segala kegiatanmu tak memaksamu menjadikan aku prioritas dihidupmu, hanya yang aku pinta kau bisa sedikit mengerti apa yang aku ingini dari hubungan ini, merasakan perhatianmu, keterbukaanmu, dan tak lagi harus mendengar kau berbohong. Hanya itu cara membahagiakan ku, tak perlu candlelightdinner, bunga mawar, boneka, ataupun hal hal romantis lainnya. Aku menginnginkan hubungan yang dewasa bukan sekadar romantis. Ini yang belum sempat aku katakan kepadamu.

Dari semua ceritamu itu aku mengerti dan baru mengerti dibalik sifatmu yang keras itu kamu masih laki-laki hebat dimataku, kamu punya niat besar untuk menajdi orang yang lebih baik, membahagiakan orang-orang yang kau sayangi. Aku masih menatapmu dalam-dalam berusaha menguatkan hatiku yang sudah lama merasa lelah karena mencinaimu tapi sesuatu hal yang kamu tahu, aku akan menjadi kuat karenamu, aku akan menjadi wanita yang lebih sabar karena kerasnya sifatmu itu dan karena sifatmu itulah aku merasa tambah kuat dan yakin bisa mencintai dan menemani mu kedepannya.

2 hari setelah perbincangan itu ada sesuatu hal yang harus aku ketahui beegitu jelas bahwa kau membohongi ku lagi. Pesan yang aku terima dari kakak mu itu, yang menanyakanmu kepadaku, memberitahu aku bahwa kamu tidak masuk sekolah sejak hari jumat dan hari itu. Padahal selama ini yang aku tahu kau selalu bangun pagi dan mengucapkan selamat pagi kepadaku untuk berangkat kesekolah. Haftt.... aku hanya bisa menghela nafas kekecewaan ku saat ku ingat hari Jumat kau ijin ada pelajaran tambahan disekolahmu yang sebenarnya aku tahu kau hanya bilaang pelajaran tambahan di sekolah mu dari hari Selasa dan Kamis. Aku hanya bisa diam, kenapa kau setega ini membohongi aku dan keluargamu yang sangat khawatir kepadamu. Entah kenapa kamu tak bisa menghargai perhattian dari orang-orang yang menyayangimu itu.

Mungkin spele... tapi seperti kamu, aku tidak suka dibohongi. Kamu pun selalu mengajarkan aku untuk tak membohongimu, jujur, dan terbuka kepadamu tapi nyatanya taak ada satupun yang bisa kau lakukan kepadaku. Bisakah kau jujur kepada ku jika kau tidak berangkat ke sekolah? aku pun tak mungkin mendatangimu lalu memaki makimu didepan teman teman mu itu dan menyuruh kamu pulang seperti seorang ibu yang menyuruh anaknya pulang. Aku takkan seperti itu. Aku hanya tak ingin dijadikan sebab kenapa kau tidak berangkat sekolah oleh keluargamu.

Setelah kejadian-kejadian itu kita melalui hari-hari seperti biasa, dengan candatawa, dengan kerinduan, denga pesan suaramu yang selalu aku dengar dan dengan kekonyolanmu yang kadang membuat ku jengkel. Sampai pada satu hari sebelum perpisahan kita, kau menghilang tak seperti biasanya. Seperti biasa tak pernah kau angkat telpon dari ku, membaca pesanku pun kau tak lakukan itu. Aku gelisah, aku khawatir, tak seperti biasanya kau seperti ini tapi aku mencoba tenang disela sela kesibukan ku menajdi narasumber disalah satu radio.

Sampai malam pun kau baru mengabari aku, menyakan keberadaanku. Haa.... entah sampai kapan kita harus begini, aku tak bisa mengeluh apa apa dibalik sifatmu yang kears itu. Kita pun sempat membuat janji untuk menemani mu mengerjakan tugas-tugasmu itu besok hari. Aku senang, sangat senang bisa bertemu kamu lagi. Tapi tak seindah yang aku bayangkan

Kejadian menghilang mu pun terjadi lagi, aku tak mengerti tapi aku sudah tahu kalau semua ini akan berakhir, aku mencoba untuk menguatkan diriku dari dini jiikalau semua berakhir disaat aku sangat mencintaimu.Kamu menghilang, entah apa sebabnya seakan-akan aku melakukan salah kepadmau namun seperti biasa kau tak mengangkat telphone ku dari pagi sampai malam, membaca pesan ku pun tidak. Aku sudah mencarimu kemana mana, ke kakakmu, ke temanmu, sampai bertanya kepada papahmu tapi tak ada satupun dari mereka yang tahu keberadaanmu.

Aku sangat khawatir, badan ku lemas, aku takbisa menangis, aku hanya terdiam sambil sesekali mecoba menelfon mu tapi tak ada jawaban. Aku pasrah sangat parah dengan apa yang terjadi nanti dengan hubungan ini.

Akhirnya.... kau mengabariku. mebuat untaian kalimat yang tak bisa membalas semua perasaan lelah dan pengorbanan ku selama ini. Untaian kalimat permintaan kau untuk meninggalkan aku. Ya... Aku tak bisa berkata apa-apa menyakan sebabnya pun aku tak bisa. Mengiyakan perpisahan ini bukan karena aku tak lagi cinta tapi aku tahu semua sudah tak bisa dipaksakan. Aku akan pergi jika kau minta tapi aku takkan kembali dengaan kekecewaan ini, mengenalmu saja aku sudah tak ingin. Bukan sifat anak kecil yang mendasari itu tapi kekecewaan ku ini sudah menjadi gumpalan yang menggumpal di hati dan pikiran ku.

Pergilah jika kau mau, dengan ucapanmu yang takkan pernah meninggalkanku dulu, dengan ucapanmu tak ada yang bisa memisahkaan kita berdua tapi akhirnya aku yang menyaksikan semua hilang karena kau yang melepaskannya. Kau membiarkan aku berhenti ditengan pengorbanan ini.

Disini aku masih kuat, menahan air mata untuk tidak menetes di depan teman temanku. Aku takkan membiarkan mereka tahu aku sesakit ini, dan aku selemah ini walauupun pada dasarnyaa aku sangat butuh pelukan dari seseorang yang tahu bahwasnaya aku sedang tidak baik-baik saja. Namun biarlah mereka dan kamu melihat senyum senyum palsu ku ini. Menahan sedih dan kecewa yang tak kunjung hilang dari piikiran kiu ini.

Ditengah malam, disaat aku sendiri pun aku tak kuasa menahan tangis memeluk boneka hadiah dari mu ini, menahan sakitnya rindu, menahan sakitnya aku harus menerima semua ini, aku berkali kali berteriak memanggil namamu dari kejauhan ini berharap kamu bisa merasakan bagaimana semua ini sangat sulit untuk aku lakukan sendiri tanpa aku tahu apa kesalahan ku, apa yang terjadi dan alasan yang jelas dari semua ini.

6minggu aku berusah memberikan senyum senyum palsu, tersenyum pada waktu yang harusnya aku menangis tapi aku sadar mencintaimu adalah kekuatan dan sampai kapanpun kau harus tahu aku tak selemah yang kau pikirkan karena jika kau paham sulitnya tersenyum disaat kesedihan itu sangatlah sulit. Aku harap di dewasamu kelak kamu bisa mengerti semua ini, merasakan apa yang aku rasakan, meridukan apa yang aku ridndukan.

Aku disini selalu berdoa yang terbaik untukmu. Semoga menjadi Guru musik seperti yang kau cita-citakan.


Salam rindu untuk calon sarjana seni.








Comments

Popular posts from this blog

Mereka Tidak Tahu dan Tidak Akan Mengerti

Sudah begitu lama, entah berapa lama aku berbura-pura bahagia seperti ini tanpa kamu, tanpa kita, tanpa mereka, dan tawa mu. Lama... iya sangat lama sekali tak terasa aku lalui sendiri sekitar hampir 4 bulan berjalan ini. Dengan penuh kepura-puraan, membohongi diri ku sendiri, menahan apa yang harusnya aku keluarkan. Aku tak kuat, aku kesepian, aku sangan merindukanmu. Aku tak mengerti dan aku tak tahu apa kamu bisa membaca kebahagiaan ku yang palsu ini dari jauh sana, sekiranya kamu harus tau sampai detik ini tidak ada yang bisa membuat aku begitu bahagia sebahagia karena kamu DULU... Aku mencoba, terus mencoba tersenyum di depan semua wajah hanya untuk membuat mereka mengerti aku sudah terbiasa ... tanpa kamu agar mereka tahu aku tak selemah hatiku, agar mereka tahu aku masih mampu menetupi semua, semua tentang kamu, cerita tentang kamu, rindunya aku kepadamu agar mereka tahu aku tak ingin membuat mereka susah, membuat mereka bosan ketika harus membuat mereka berulang-ulang ha

Aku masih punya mimpi... KAMU

Masih dalam diam, menatapmu diam-diam mencari sela dari balik orang-orang yang ada disampingmu untuk sekedar melihat bahwa impian ku masih baik-baik saja disana, masih terlihat tampan disudut sana dan masih menjadi alasanku untuk masih bisa tersenyum bagaimanapun keadaan ku saat itu. Kamu... mimpi yang sempat terlupakan ketika aku terlalut dalam cinta yang aku fikir membuat aku bahagia yang aku fikir membuat aku akan berakhir padanya dan yang pada akhirnya semua berakhir seperti biasa, menyakitkan... tapi aku sadar aku masih punya mimpi yang pantas untuk aku impikan dan untuk aku perjuangkan, kamu... Aku punya seribu alasan kenapa aku masih mecintaimu, kenapa aku memilihmu dan kenapa dengan begitu tegasnya memintamu kepada Tuhan untuk Ia tempatkan disampingku nanti.  Aku mencintaimu semenjak aku bisa melihat ada satu sisi yang mungkin tak bisa dilihat oleh orang lain, kamu laki-laki sempurnah yang pernah Tuhan ciptakan. Senyum mu, wajahmu adalah alasan dari mengapa aku masih bertahan

Seakan-akan aku yang salah

Makin hari aku tidak mengerti bagaimana cara membaca cara  pikirmu yang keras kepala itu aku kehabisan akal untuk membuat kamu lembut walau hanya satu menit, aku kehabisan akal untuk membuat mu mengerti maksud bagaimana cara ku mencintaimu. Ya Tuhan.... setiap malam haruskah kita bertengkar, berdebat dengan sifat konyol dan kekanak kanakan mu itu. Aku bingung apa yang harus aku lakukan tertawa karena sifat konyolmu itu apa aku harus meluapkan segala perasaan ku yang sudah lelah bertengkar denganmu setiap malam. Rasanya memanggilmu sayang pun aku sudah tak bergairah. Tapi aku sadar, aku paham, aku mencoba menghela nafasku dalam-dalam mencoba mengingat semua apa yang pernah kiita lakukan berdua. Canda tawa yang sering kita hasilkan dari tingkahmu yang tidak jelas itu adalah bibit bibit cinta yang menhgasilkan rasa kuat di dalam diri ku untuk mencintai manusia besi seperti mu. Aku percaya senyum ku ini bisa terlihat karena aku sangat mencintaimu, entah aku tidak perduli bagaimana kera