Menahan kantuk untuk sekadar berbincang dengan mu itu sudah biasa, memaksakan mata ku tetap terbuka untuk sekedar membaca pesan mu itu sudah biasa walaupun aku tahu tidak ada malam tanpa pertengkaran yang kau membuat. Lelah? pasti itu aku rasakan ingin rasanya aku akhiri semua ini tapi aku tahu perasaan sayang ku itu tidak cuma sampai disitu aja. Aku mengerti... mungkin itu beberapa kerikil kecil untuk kita lewati di hubungan kita walaupun aku tahu hanya aku yang berusaha, bertahan melihat dan menghadapi sifat egois dan keras kepala mu itu yang selalu tidak mau disalahkan dalam setiap pertengkaran kita, kau selalu bilang aku, aku, dan aku yang jadi penyebab segalanya setiap saat aku harus mendegar kau mengatakan bahwa aku tidak mengerti semua yanga ada di dirimu dan aku tidak bisa menerima keadaan mu itu. Aku mengerti sangat mengerti bahwa saat itu aku sedang mecintai orang yang sangat keras kepala yang entah mencintai ku juga atau tidak....
"Mungkin aku memang begini orangnya, maaf ya semoga kamu bisa nerima kekurangan aku yang seperti ini" Iya... Aku mengerti tanpa kau minta, tanpa kau beri tahu aku sudah tahu itu adalah kewajibanku untuk menerima kekurangan mu setelah aku bilang "Iya" saat kau menanyakan kepadaku maukah aku menjadi kekasih mu. Aku mengerti tidak usah kau ajarkan, aku memang seharusnya bertugas untuk menerima segala kekurangan mu bukan? Aku mencintai, mengetahuimu, dan aku coba mengerti semua walaupun aku tahu apa yang harus aku mengerti nyatanya tidak pernah ada timbal balik kepada ku tapi aku ikhlas... sangat ikhlas aku hanya bisa berharap semoga segala usaha ku untuk mengerti semua sifatmu yang keras dan egois itu suatu saat bisa meluluhkan hatimu, suatu saat bisa membuat mu terdiam disudut kamar dan memanggil namaku dalam tetesan air mata. Itu yang aku harap
Tapi aku mengerti ketika semua sudah berbeda, ketika sudah tak ada kelembutaan yang aku dapat, ketika aku hanya merasakan bagaimana kau acuhkan, bagaimana tidak pernah kau dengarkan, dan bagaimana tidak pernah kau ahrgai.
"Aku ya aku, aku begini, aku ga mau jadi orang lain. Kalau kamu ga suka aku kaya gini, kalau aku mau jadi orang lain silahkan tinggalin aku sekarang...." Aku bosan, bosan menahan kecewa ketika kau berbicara seperti itu. Aku tidak mengerti apa yang ada di pikiran mu tentang aku, tentang hubungan kita.
Iyaa.. aku mengerti ada saatnya rasa cinta itu hilang atau ada saatnya perjuanganku untuk menemanimu iitu tergantikan oleh wanita yang lebih sempurna. Aku mengerti...
Kesibukanmu, keegoisanmu, keras kepalanya mu, keacuhan mu sudah hatam untuk aku mengerti... haanya sebatas untuk bisa kau lihat kalau aku mencintaimu dengan apa adanya kamu, dengan apa adanya dirimu tapi nyatanya kamu tidak pernah bisa melihat dan membaca semuaa itu sepertinya hati mu terlalu keras untuk aku luluhkan dengan setumpuk kesabaran ku ini. Sedih, kecewa pasti aku rasakan tapi mau bagaimana lagi kamu tetap beku untuk membaca semua kekecewaan ku sampai saat ini, kamu terlalu sibuk untuk mengurusi kebahagiaan dirimu sendiri.
Dan aku sangat mengerti ketika kau harus meninggalkan ku, tanpa alasan, tanpa pertemuan, dan tanpa penjelasan. Iya... aku mengerti sudah tak ada lagi aku dihatimu, sudah tak ada lagi perasaan yang bisa kau limpahkan kepada ku. Iya aku mengerti... sudahlah aku tahu semua tak bisa lagi dipaksakan apalagi oleh manusia setengah batu speertimu hmm daripada aku harus mengerti kalau semuanya palsu lebih baik aku diam, menuruti permintaan mu yang meminta aku pergi, tak banyak lagi pertanyaan mengapa?kenapa? dan ada apa? karena aku tahu kamu tidak akan mau menjawab semua pertanyaan itu karena kau tahu kamu adalah manusia pengecut yang pernah aku temui. Betulkan?
Aku yakin ada saatnya Tuhan memberitahu ku tanpa mulutmu, tanpa suara mu aku akan tahu semua itu. Sekarang biarlah aku mengerti semua harus ku lepaskan, harus ku lupaakan.
Selamat tinggal laki-laki keras kepala dan tak mau kalah
Comments
Post a Comment